Seandainya saya menjadi anggota DPD RI

Sabtu, 31 Desember 2011
Memang banyak yang harus dilakukan. Namun seandainya saya menjadi anggota DPD RI yang sengaja dibuat untuk mendekatkan masyarakat dengan pemimpinnya, yang akan saya lakukan pertama – tama adalah :
1. Membuat jadwal bagi seluruh anggota dan staff yang ada untuk melakukan kunjungan rutin (bisa sebulan atau dua bulan sekali ) ke daerah di seluruh Indonesia yang tentu saja harus bekerjasama dengan seluruh anggota dan staff yang ada di DPD provinsi maupun daerah .
“ Tak dekat maka tak sayang”. Itu yang akan saya lakukan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan program ini. Karena saya rasa dengan adanya kunjungan rutin ke daerah kita akan menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Dari situ kita akan tahu apa dan bagaimana system yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia yang tentunya tetap tidak mengesampingkan persatuan dan kesatuan NKRI.
Setelah diperoleh proker yang tujuannya mensejahterakan rakyat, tentu saja tidak bisa dilepas begitu saja. Tentu harus dilakukan monitoring dan peninjauan secara berkala sehingga proker yang direncanakan bisa berjalan lebih maksimal.

2. Membuat program “MEMBACA ADALAH KARAKTER INDONESIA”
Bentuk realisasinya adalah pengadaan perpustakaan umum yang menyediakan bacaan tidak hanya buku pelajaran SD, SMP, SMA saja. Namun juga menyediakan buku tentang pertanian, perkebunan, kelautan, atau bagaimana menjadi wirausahawan yang sukses, buku – buku ketrampilan seperti cara – cara menyulam, menjahit, memasak, dll.
Semakin banyak membaca maka pengetahuan akan semakin luas. Hal ini sesuai dengan isi UUD’45 alinea 4 yaitu turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Cita – cita ini telah mendarahdaging pada diri saya sejak beberapa tahun lalu. Saya yang hobi membaca memiliki mimpi di setiap kelurahan setidaknya memiliki perpustakaan umum serta adanya fasilitas perpustakaan keliling ke dusun – dusun secara berkala. Dengan pelayanan yang ramah dan bersahabat, saya yakin minat baca masyarakat akan meningkat. Selain itu diadakan semacam talkshow atau diskusi yang mengangkat issue – issue terkini juga sangat bagus. Hal ini bertujuan untuk melatih masyarakat supaya kritis dan tanggap dalam mensikapi masalah – masalah yang terjadi di Negara kita. Sehingga mereka seolah dilibatkan untuk ikut memikirkannya. Tidak hanya menuntut atau memprotes tanpa memberi solusi.

3. Menambah jam pelajaran untuk mata pelajaran pendidikan agama. Ini berlaku untuk semua agama.
Saya yakin semua agama mengajarkan kebaikan. Ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu lumpuh. Pelajaran agama harus sangat diperhatikan. Dari sini moral si anak akan terbentuk. Dengan moral yang bagus saya yakin tindak kejahatan, criminal, serta perbuatan asusila akan menurun sehingga Negara menjadi lebih aman.
4. Menjadikan mata pelajaran muatan local (biasanya memuat pendidikan bahasa daerah, dan kegiatan kedaerahan lainnya. Misal kalau di Jogja Ada pelajaran bahasa jawa dan membatik ) menjadi wajib dan waktunya disetarakan dengan mata pelajaran lain.
Kebudayaan daerah sangat perlu dilestarikan. Apalagi Indonesia yang kaya akan kebudayaan ini harus dijaga. Melalui pendidikan ini, si anak dicetak untuk lebih menghargai milik sendiri. Ironis sekali, ketika pelajar Sekolah dasar ditanya sungai Missisipi terletak dimana dengan cepat menjawab “Amerika” namun ketika tari jaipong berasal dari daerah mana malah tidak tahu. Ini seolah menjadi cambuk bagi kita. Betapa sangat memalukan jika rumah orang saja kita sudah hafal apa saja yang ada didalamnya namun rumah sendiri bahkan tak tahu jalannya.